ANALISIS
KONTRASTIF POLA PASIF AKTIF BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA ARAB
(Analisis
Kontrastif Sintaksis)
Oleh:
Ummy Luthfiyyah
PENDAHULUAN
Dalam pemerolehan
dan pembelajaran bahasa kedua, terutama dalam membaca maupun mengkonstruk
sebuah kalimat, siswa sering menghadapi
kesulitan dan kesalahan. Hal itu terjadi akibat siswa menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam bahasa
pertama. Dalam hal ini, siswa menggunakan
sejumlah unsur dan tata bahasa dalam bahasa pertama untuk kegiatan dalam bahasa kedua. Akibat unsur-unsur
kebahasaan itu tidak terdapat dalam bahasa pertama sedangkan siswa pada saat
menggunakan bahasa kedua dituntut untuk menggunakan unsur itu, maka
mengakibatkan kesalahan dan kesulitan dalam berbahasa.
Hal semacam ini
sangat perlu solusi. Solusi untuk kesulitan dan
kesalahan siswa itu pun cukup banyak sehingga guru dapat memilih salah satu cara yang dipandang paling tepat. Salah
satu solusi untuk mengatasi kesulitan dan kesalahan
siswa akibat pengaruh unsur-unsur kebahasaan itu adalah analisis kontrastif. Oleh karena itu, analisis
kontrastif dapat dijadikan solusi alternative dalam
pengajaran bahasa kedua kaitan dengan unsure
dan tata bahasa (sintaksis) sebuah bahasa. Dengan melakukan analisis kontrastif,
guru dapat mengetahui kesulitan dan kesalahan
siswa dalam berbahasa.
Salah
satu analisis bahasa tersebut adalah analisis sintaksis dari sisi konstruksi aktif
pasif dari sisi pola struktur kalimat. Permasalahan yang kami uraikan
adalah Pola Aktif Pasif Bahasa Arab (PPA BA) dan Pola Aktif
Pasif Bahasa Indonesia - (PPA BI)
dari aspek sintaksis, serta menemukan persamaan dan perbedaan pola struktur dan
unsur pembentuk antara PPA BA dan PPA BI.
Oleh karna itu dalam
makalah kami kali ini akan dibahas “ Analisis Kontrastif Konstruksi Pasif Aktif
Bahasa Indonesia dengan Bahasa Arab”, yang meliputi pengertian analisis kontrastif, deskripsi PPA BI, deskripsi PPA BA, kontrastif PPA BI dan PPA BA,
prediksi kesulitan peserta didik pada PPA BI dan PPA BA, menyusun bahan ajar
berdasar analisis serta cara menyampaikan bahan/ metode penyampaian. Yangmana
ditujukan untuk memberikan satu sumbangan yang berarti untuk keberhasilan
proses belajar mengajar bahasa Arab.
PEMBAHASAN
Pengertian Analisis
Kontrastif
Analisis kontrastif adalah suatu
kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan. Tarigan mengemukakan bahwa Analisis Kontrastif (Contrastive Analysis)/anakon, merupakan
kegiatan pembandingan struktur dua bahasa – bahasa pertama (B1) dan bahasa
kedua (B2) – untuk menemukan perbedaan-perbedaan yang ada pada kedua bahasa
terebut.[1] Hasil perbedaan yang diperoleh dapat
dijadikan dasar untuk memprediksi kesulitan belajar bahasa terutama bahasa
kedua (B2). Hal ini berbeda dengan Lado(1975) yang
mengaitkan latar belakang budaya dari kedua bahasa tersebut.
Menurut Brown (1980) dan Ellis (1986), ada empat langkah yang harus dilakukan dalam analisis kontrastif. Keempat langkah itu adalah:
1) mendeskripsikan sistem atau unsur-unsur bahasa pertama (B1) dan bahasa
kedua (B2)
2) menyeleksi sistem atau unsur-unsur bahasa (B1 dan B2) yang akan
dibandingkan atau dianalisis.
3) mengontraskan sistem atau unsur-unsur bahasa (B1 dan B2) dengan cara
memetakan unsur-unsur dari kedua bahasa yang dianalisis.
4) memprediksikan sistem atau unsur-unsur bahasa (B1 dan B2) untuk
keperluan pengajaran bahasa di sekolah[2].
Jadi, analisis kontrastif adalah
suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan untuk keperluan pengajaran bahasa
kedua, terutama untuk mengatasi kesulitan dan kesalahan berbahasa yang
dilakukan oleh siswa.
Dalam analisis tata bahasa,
kaitan dengan aktif dan pasif, menurut analisis Parera dalam Dasar-Dasar
Analisis Sintaksis, konsep aktif dan pasif berhubungan dengan
satuan kata dan berkedudukan sebagai fungsi dalam satu kalimat. Jadi, harus
dikatakan fungsi aktif dan fungsi pasif dari kata dan bukan
kalimat pasif atau klausa pasif. Bentuk kata memelihara dan
dipelihara berfungsi aktif dan pasif dalam kalimat peternak
memelihara kambing dan kambing
dipelihara. Frase oleh peternak berfungsi sebagai keterangan dalam
kalimat tersebut.[3]
Deskripsi PPA BI
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan
pekerjaan. Contoh: ayah menulis surat (ayah/S = melakukan pekerjaan)
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai
pekerjaan. Contoh: surat itu ditulis oleh ayah (surat/S = dikenai pekerjaan) [4]. Menurut
Kridalaksana, verba pasif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai
penderita, sasaran, atau hasil. Pada
verba pasif biasanya ditandai dengan prefiks di- atau ter-
yang berarti ‘ dapat di’ atau ‘tidak
dengan sengaja’. Pada umumnya verba pasif
dapat diubah menjadi verba aktif dengan cara mengganti afiksnya[5].
Contoh Pola Aktif Pasif Bahasa Indonesia:
AKTIF
|
PASIF
|
||
Verb
Menulis
Menangis
Membaca
|
pola
me + tulis
me + tangis
me + baca
|
Verb
Dimakan
Diminum
Ditulis
|
pola
di + makan
di + minum
di + tulis[6]
|
Ada tiga jenis
bentuk pasif:
(1) Dapat dibalik, Contoh “Ani dikejar
Amir”, dapat dibalik “Amir dikejar Ani”.
(2) Tidak dapat dibalik yang pelakunya
berupa instrumen, Contoh bentuk pasif yang kedua: “Mangga dilempar dengan
batu”; tidak mungkin dibalik “Batu dilempar dengan mangga”.
(3) Tidak dapat dibalik yang pelakunya
berupa manusia. Bentuk pasif yang dapat dibalik artinya objeknya dapat
dijadikan subjek dan sebaliknya. Sedangkan contoh bentuk pasif yang ketiga
adalah “Buku saya dipinjam oleh Jono”. Kalimat ini tidak mungkin dibalik “Jono
dipinjam oleh buku saya”[7].
Ada juga
bentuk aktif pasif yang menggunkan verba transitif (kata yang membutuhkan
obyek). Dalam tata bahasa baku BI (1993 :27) disebutkan bahwasannya verba
transitif menyatakan peristiwa yang melibatkan dua maujud atau entitas :
manusia, binatang, hal-hal yang dapat menjadi titik tolak untuk menjelaskan
peristiwa yang terjadi. Contoh : ‘ayah membaca koran’, menjadi ‘koran
dibaca oleh ayah’, kalimat ini tidak dapat hanya menyebutkan N1 dan Vnya seperti ‘ayah membaca’. Dalam kalimat intransitif
tidak menggunakan di dalam bentuk kalimat pasif, contoh : « saya
memukul anjing » bentuk pasifnya
adalah « anjing saya pukul », tidak boleh : « anjing
dipukul saya ».[8]
Hubungan pasif
aktif Bahasa Indonesia biasanya
dinyatakan dengan rangkaian system kata kerja bahasa Indonesia misalnya:
seperti :me- + kata kerja dasar (dalam beberapa variasi morfofonemik)
menjadi di- +kata kerja dasar+oleh.
Sebuah PDKI (Pola Dasar
Kalimat Inti) dapat mengalami proses perubahan bentuk untuk menjadi atau
dijadikan kalimat turunan. Kalimat pasif bahasa Indonesia diturunkan dengan
proses perubahan bentuk dari PDKI aktif. Misalnya: pola NP+meN-VP+NP (aktif))
mengalami proses perubahan bentuk (dengan permutasi dan penambahan) dijadikan
kalimat turunan pasif dengan pola NP2 di+di-VP+oleh+NPI.
Aktif: NP1+meN-vp+NP2
Kucing mengigit tikus
Pasif: NP2+ter _Vp+oleh+NP1 NP2+DI_Vp+oleh+NP1
tikus tergigit oleh kucing tikus digigit
oleh kucing[9]
Hubungan semantic aktif dan pasif bahasa-bahasa selalu tidak sama. Demikian pula
hubungan itu dalam bahasa arab. Jika dibandingkan dengan bahasa Arab maka
hubungan pasif dan aktif
bahasa Indonesia tampaknya lebih sederhana.
Secara sederhana pola aktif pasif dalam sebuah
kalimat adalah sebagai berikut:
Dalam bahasa Indonesia:
NO
|
POLA AKTIF
|
POLA PASIF
|
1.
|
N1+me+VT+N2
Mereka membeli mobil itu
|
N2+di+VT+oleh+N1
mobil
itu dibeli oleh mereka[10]
|
2.
|
N1+meN-VP+N2 ,
Kucing mengigit tikus
|
N2+ter _VP+oleh+N1
tikus tergigit oleh kucing
|
N2+di_Vp+oleh+N1
tikus digigit oleh kucing
|
||
3.
|
N1+ me+VI+N2
Saya memukul
anjing
|
N2+N1+VI
anjing saya
pukul
|
Deskripsi PPA BA
Tulisan
Arab ditulis dari kanan ke kiri. Semua huruf Arab hanya melambangkan bunyi
konsonan. Bunyi vokal tidak dilambangkan dengan huruf akan tetapi dilambangkan dengan tenda-tanda
yang lazim disebut harakat. Di dalam BA terdapat tiga bunyi vokal yaitu
/a/,/i/ dan /u/. Vokal /a/ dilambangkan dengan tanda ــــَـــ yang diletakkan di atas huruf, tanda ini
lazim disebut fathah. Vokal /i/ dilambangkan dengan tanda ـــــِــــ yang diletakkan di bawah huruf, tanda ini
lazim disebut kasrah, sedangkan vokal /u/ dilambangkan dengan tanda ـــُــ yang diletakkan di atas huruf, tanda ini
lazim disebut dhammah. Sebagai contoh apabila kata jalasa ‘duduk’
ditulis maka penulisannya hanya menggunakan tiga huruf yaitu ج, ل, س (dari kanan ke kiri) dan masing-masing huruf
diberi tanda fathah di atasnya. Tulisan tersebut masih dalam bentuk
saling terpisah, apabila disambungkan hasilnya adalah جَلَسَ.
Pembicaraan
tentang KP BA tidak terlepas dari pembicaraan tentang verba. Pembicaraan
tentang verba, secara morfologis dapat
dilakukan dengan menggunakan pola yang biasa disebut wazan ‘timbangan’.
Di dalam BA pola itu diterangkan dengan tiga huruf yaitu: ف/f/, ع/’/ dan ل/l/. /F/ sebagai radik pertama, /’/ sebagai
radik kedua dan /l/ sebagai radik ketiga.
Kalimat aktif dalam BA mungkin dapat di sebut kalam
ma’lum adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau
aktor.sedangkan dalam kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan
sebagai penderita atau menadi sasaran[11].
Contoh kalimat aktif : حسن يشرب العصيردائما
Contoh kalimat pasif :
الباب يفتح من الصباح
Cara Pembentukan
Fi’il Majhul Dari Fi’il Ma’lum.
1. Fi’il Madhi
Dikasroh huruf sebelum terakhir dan di
dhommah semua huruf yang berharokat sebelumnya.
Contoh:
ضَرَبَ
–> ضُرِبَ
قَتَلَ
–> قُتِلَ
تَعَلَّمَ
–> تُعُلِّمَ
2. Fi’il Mudhori’
Difathah huruf sebelum terakhir dan di
dhommah huruf pertamanya
Contoh:
يَكْتُبُ
–> يُكْتَبُ
يَفْتَحُ
–> يُفْتَحُ
يَسْتَمِعُ
–> يُسْتَمَعُ
Catatan:
Apabila pada fi’il madhi terdapat huruf
yang disukun, maka pada saat pembentukan fi’il majhul tidak boleh dijadikan
dhommah dan tetap harus disukun.
Contoh:
Contoh pola aktif pasif dalam Bahasa
Arab adalah sebagai berikut:
AKTIF
|
PASIF
|
||
Verb
كَتَبَ /kataba/
فَرَحَ /fariha/
كَبُرَ /kabura/
|
pola
فَعَلَ /fa’ala/
فَعِلَ /fa’ila/
فَعًلَ /fa’ula/
|
Verb
Ukrima
Kutiba
Kussiro
|
pola
uf’ila
fu’ila
fu’ila[13]
|
Beberapa bentuk
klausa atas dasar peran dalam bahasa arab:
- Klausa
aktif (jumlah ma’lumiyah) adalah klausa yang S-nya berperan sebagai
pelaku. Contoh:شرح الله
صدر زيد
- Klausa
pasif (jumlah majhuliyah) adalah klausa yang S-nya berperan sebagai
penderita. Contoh:هزمت أكبر
دولتين
- Klausa
netral (jumlah bayna ma’lumah wa majhulah) adalah klausa yang P-nya non
verba, S tidak berperan apa-apa, tidak sebagai pelaku dan tidak sebagai
penderita. Contoh:إن
التوحيد مصدر قوته
Hubungan sistematik bahasa
Arabpun dapat dinyatakan antara tipe Pola Dasar Kalimat Inti dan kalimat
derivasi paif sebagaimana berikut:
NO
|
AKTIF
|
PASIF:
|
1.
|
V + N1+partN2
ركب أحمد السيارة
|
V+ partN2
ركب السيارة
|
2.
|
N1+V+
partN2+adv
حسن يشرب
العصيردائما
|
partN2+V+Aux+PartAdv
الباب يفتح من الصباح
|
Kontrastif transformasi PPA BA dan PPA BI.
Setelah
dilakukan analisis hanya ditemukan persamaan dan perbedaan dari keduanya:
- Persamaan: PP BA dan PP BI memiliki persamaan, yaitu:
V+N2, N2+V, V, adapun PA BA dan PA BI sama dalam pola N+V, yakni dalam
jumlah ismiyyah dalam bahasa arab
- Perbedaan: Di dalam PP BA pola yang terdiri dari tiga
tempat yaitu pola N1+V+N2 pola variasi
turunannya hampir sama. Sedangkan di dalam PP BI pola N1+V+N2 dengan
segala variasi turunannya semuanya mempunyai banyak pola yang mencapai 10[14]..
Adapun diantaranya sebagai berikut:
No
|
Aktif
|
Pasif
|
Ket
|
||
Indonesia
|
Arab
|
Indonesia
|
Arab
|
||
1.
|
N1+
(me+VI)+N2
|
N1+
V+(partN2)
|
N2+(di+VT)+oleh+N1
N2+(ter+VP)+oleh+N1
|
partN2+V+Aux+PartAdv
|
beda
|
2.
|
N+V
|
N+V
|
V+N2,
N2+V, V
|
V+N2,
N2+V, V
|
sama
|
Beberapa
persamaan dan
perbedaan sintaksis kalimat dalam bahasa arab dan Indonesia secara umum
diantaranya adalah:
- Persamaan
1.
Dalam bahasa Indonesia, kalimat
sederhana meliputi Subjek, Predikat, Objek, dan keterangan. Contoh: kita
belajar bahasa Indonesia di sekolah.
2.
Begitu juga kalimat sederhana dalam
bahasa arab meliputi Fi’il, Fa’il, dan maf’ul bih serta dharaf. Contoh: ذهب علي إلى السوق
3.
Kalimat setara dalam bahasa
Indonesia yaitu kalimat yang terdiri atas dua struktur kalimat yang unsur
pembentuknya berkedudukan sama atau setara dan cirinya disertai dengan tanda
hubung( dan , lalu, serta, dsb). contoh: adik membaca buku,sedangkan
kakak menulis surat
4.
Di dalam bahasa arab pun, kalimat
setara adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat sederhana disertai tanda
hubung (huruf ‘athaf).Contoh: درس خا لد بجد
و نجح في الامتحان
- Perbedaan
1.
Adanya aturan cara membaca/
mengucapkan kata di akhirnya dan adanya perubahan bacaan yang disebabkan amil.
Misalnya: رايت عمرا ,جاء عمر
2.
Perbedaan struktur kalimat nominal
dan verbal, perbedaan aturan itu akan mempengaruhi pula dalam memahami bahasa
Arab, mis ذ هب احمد الى السوق maka arti
yang menurut susunan bahasa Indonesia adalah Pergi Ahmad ke pasar. Dan ini
janggal menurut bahasa Indonesia.
3.
Perbedaan pola kalimat
o Pola penyusunan
kata tunjuk, misalnya هذا القلم جميل berbeda
dengan هذا قلم جميل
o Pola
pendahuluan obyek, misalnya السيارة
سيركبها احمد ( O-P-S) pola ini asing dalam bahasa Indonesia
4.
Adanya persesuaian antara kata dalam
kalimat
- Kesesuaian
I’rab/ harokat/ bunyi kahir kata , contoh كتاب جميل, كتابا جميلا
- Kesesuaian
jenis kata contoh kata كتاب
جميل, مدرسة جميلة
Prediksi Kesulitan Peserta Didik pada PPA
BA dan PPA BI
Robert Lado, menjelaskan bahwa
berdasarkan kemiripan dan perbedaan antara B1 dengan B2 maka tingkat kesulitan
belajar siswa dapat dikelompokkan atas dua yakni: (1) sulit, (2) mudah. Bertolak dari kesulitan, Carl James mencatat
pendapat Stockwell dkk yang membicarakan dua kesulitan utama yakni kesulitan
dalam bidang fonologi dan kesulitan dalam bidang struktur. Taraf kesulitan itu
didasarkan atas tiga macam hubungan antara B1 dengan B2:
(1) B1 mempunyai kaidah dan B2 mempunyai
padanan;
(2) B1 mempunyai kaidah tetapi B2 tidak
mempunyai padanan
(3) B2 mempunyai kaidah dan tak ada
padanan dalam B1[15].
Berdasarkan taraf
kesulitan diatas, maka diantara prediksi kesulitan dan kesalahan dalam hal ini
adalah:
1. Adanya perubahan wazan antara ma’lum ke
majhul, mujarrad ke mazid dan perbedaan dlomir mempunyai pola yang
berbeda-beda, sehingga memungkinkan terjadi kesalahan pembacaan oleh siswa.
2. Bahasa Indonesia tidak mempunyai banyak
padanan seperti diatas, yang digunakan siswa dalam membandingkan ke2 bahasa
sehingga memungkinkan terjadi kebingungan dan kesulitan bagi siswa.
3. Di sisi lain, dalam pembahasan pasif
dan aktif bahasa arab, terkadang terlihat
sederhana dengan hanya mengganti fathah menjadi dlummah atau fathah menjadi
kasrah dalam beberapa kalimat sederhana, yangmana hal tersebut merupakan salah
satu kemudahan bagi siswa.
Beberapa hal yang
juga mempengaruhi kesulitan dan kesalahan dalam berbahasa adalah:
1.
Kurangnya kemampuan
peserta didik dalam mempelajari kosa kata bahasa Arab.
2.
Orientasi pengajaran
bahasa hanya untuk mengenali kaidah bahasa sehingga murid dituntut untuk
menguasai konsep kebahasaan daripada praktek mengkomunikasikan bahasa itu
sendiri.
3.
Metode pengajaran
bahasa yang hanya merangsang murid untuk bisa menerjemahkan struktur Bahasa
Arab yang tersusun dengan aplikasi konsep kaidah bahasa Arab mengakibatkan
murid hanya memiliki semangat untuk menerjemahkan dan ini akan menimbulkan
kepasifan dalam berbicara[16].
Menyusun Bahan Ajar Berdasar Analisis
Sebelum menyusun bahan ajar/materi
daripada aktif pasif sendiri, sebaiknya memperkenalkan perbedaan dan persamaan keduanya secara umum,
adapun materinya adalah sebagai berikut:
Fi’il Ma’lum (Kata Kerja Aktif) – Fi’il
Majhul (Kata Kerja Pasif)
Dalam
tata bahasa Indonesia, dikenal istilah Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif.
Perhatikan contoh berikut ini:
Abubakar membuka pintu. –> kata
“membuka” disebut Kata Kerja Aktif.
Pintu dibuka oleh Abubakar. –> kata “dibuka” disebut Kata Kerja Pasif.
Pintu dibuka oleh Abubakar. –> kata “dibuka” disebut Kata Kerja Pasif.
Dalam tata bahasa Arab, dikenal pula
istilah Fi’il Ma’lum dan Fi’il Majhul yang fungsinya mirip dengan Kata Kerja
Aktif dan Kata Kerja Pasif.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini:
ضَرَبَ عُمَرُ
|
ضُرِبَ عُمَرُ
|
(= Umar memukul)
|
(= Umar dipukul)
|
1. Fi’il
ضَرَبَ
(=memukul)
adalah Fi’il Ma’lum (Kata Kerja Aktif). Fa’il atau Pelakunya adalah Umar
bersifat aktif (melakukan pekerjaan yakni memukul).
2. Fi’il
ضُرِبَ (=dipukul) adalah Fi’il Majhul (Kata Kerja
Pasif). Fa’il atau Pelakunya tidak diketahui (tidak disebutkan). Untuk itu,
dalam Fi’il Majhul, dikenal istilah Naib al-Fa’il ( نَائِبُ الْفَاعِل ) atau Pengganti
Fa’il (Pelaku). Dalam contoh di atas, Umar adalah Naib al-Fa’il (pengganti
Pelaku).
Fi’il Majhul dibentuk dari Fi’il Ma’lum
dengan perubahan sebagai berikut:
a) Huruf pertamanya menjadi berbaris Dhammah
b) Huruf sebelum huruf terakhirnya menjadi berbaris Kasrah untuk Fi’il Madhy dan menjadi berbaris Fathah untuk Fi’il Mudhari’[17].
a) Huruf pertamanya menjadi berbaris Dhammah
b) Huruf sebelum huruf terakhirnya menjadi berbaris Kasrah untuk Fi’il Madhy dan menjadi berbaris Fathah untuk Fi’il Mudhari’[17].
Fi’il Madhy
|
Fi’il Mudhari’
|
||
Fi’il Ma’lum
|
Fi’il Majhul
|
Fi’il Ma’lum
|
Fi’il Majhul
|
فَعَلَ
|
فُعِلَ
|
يَفْعَلُ
|
يُفْعَلُ
|
Diantara
beberapa materinya adalah dengan mengulang ulang kalimat sesuai dengan dlomir
yang berbeda, sebagai berikut:
Fi’il
Madhy أَمَرَ
(=memerintah) menjadi Fi’il Majhul أُمِرَ (=diperintah):
أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ
|
=
aku diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْنَا أَنْ نَعْبُدَ اللهَ
|
=
kami diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْتَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
|
=
engkau (lk) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْتِ أَنْ
تَعْبُدِي اللهَ
|
=
engkau (pr) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْتُمَا أَنْ
تَعْبُدَا اللهَ
|
=
kamu berdua diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْتُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ
|
=
kalian (lk) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْتُنَّ أَنْ تَعْبُدْنَ اللهَ
|
=
kalian (pr) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرَ أَنْ يَعْبُدَ اللهَ
|
=
dia (lk) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرَتْ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
|
=
dia (pr) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرَا أَنْ يَعْبُدَا اللهَ
|
=
mereka (2 lk) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرَتَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ
|
=
mereka (2 pr) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرُوْا أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ
|
=
mereka (lk) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْنَ أَنْ يَعْبُدْنَ اللهَ
|
=
mereka (pr) diperintah agar menyembah Allah
|
Fi’il
Mudhari’ يَعْرِفُ
(=mengenal) menjadi Fi’il Majhul يُعْرَفُ (=dikenal):
أُعْرَفُ بِكَلاَمِيْ
|
=
aku dikenal dari bicaraku
|
نُعْرَفُ بِكَلاَمِنَا
|
=
kami dikenal dari bicara kami
|
تُعْرَفُ بِكَلاَمِكَ
|
=
engkau (lk) dikenal dari bicaramu
|
تُعْرَفِيْنَ بِكَلاَمِكِ
|
=
engkau (pr) dikenal dari bicaramu
|
تُعْرَفَانِ بِكَلاَمِكُمَا
|
=
kamu berdua dikenal dari bicara kamu berdua
|
تُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِكُمْ
|
=
kalian (lk) dikenal dari bicara kalian
|
تُعْرَفْنَ بِكَلاَمِكُنَّ
|
=
kalian (pr) dikenal dari bicara kalian
|
يُعْرَفُ بِكَلاَمِهِ
|
=
dia (lk) dikenal dari bicaranya
|
تُعْرَفُ بِكَلاَمِهَا
|
=
dia (pr) dikenal dari bicaranya
|
يُعْرَفَانِ بِكَلاَمِهِمَا
|
=
mereka (2 lk) dikenal dari bicara mereka
|
يُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِهِمْ
|
=
mereka (lk) dikenal dari bicara mereka
|
يُعْرَفْنَ بِكَلاَمِهِنَّ
|
=
mereka (pr) dikenal dari bicara mereka
|
Cara Menyampaikan Bahan
Dasar penyusunan bahan pengajaran diatas adalah
kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang dialami oleh siswa. Cakupan
selanjutnya berkaitan dengan cara penyajian bahan pengajaran bahasa. Ada empat
cara penyajian bahan pengajaran bahasa yang dianut oleh teori kontrastif, yakni
peniruan, pengulangan, latihan rutin dan penguatan.
- Metode meniru artinya seorang
pengajar membaca teksnya terlebih dahulu kemudian peserta didik di suruh
mendegar dengan seksama lalu menirukannya.
- Metode mengulang artinya
seorang pengajar membaca teksnya kemudian peserta didik di suruh membaca
secara berulang-ulang.
- Metode latihan rutin artinya
seorang pengajar membaca teksnya kemudian peserta didik di suruh
mempelajarinya dengan rutin pada waktu yang telah di tentukan.
- Metode penguatan artinya
seorang pengajar membaca teksnya kemudian menguatkan dengan memberikan
contoh sesuai kondisi peserta didik sehingga mudah dicerna dan dimengerti. [18]
Metode yang sesuai dengan teori kontrastif dalam
analisis aktif pasif kali ini menurut kami adalah metode mengulang.
Yang dimaksud dengan metode mengulang disini adalah seorang pengajar harus
menjelaskan materi yang akan diajarkan secara sistematis, jelas, dan penjelasan
tersebut dilakukan dengan berulang-ulang. Sehingga nantinya sedikit demi
sedikit para peserta didik akan paham dan mengerti tentang materi yang
dijelaskan tadi. Artinya seorang pengajar menjelaskannya secara per kata
terlebih dahulu, untuk mencapai level selanjutnya hingga kemudian menjelaskan
per sub pokok bahasan sampai para peserta didik paham betul dengan materi yang
diajarkan. Setelah metode tersebut seorang pengajar harus memberikan evaluasi
tatap muka agar seorang pengajar mengetahui seberapa jauh kemampuan peserta
didik dalam memahami penjelasan materi yang di sampaikan.
Dalam hal ini tawaran kami dalam pengajarannya adalah
dengan metode Qowa’id wat Tarjamah yangmana dalam pembelajarannya
terdapat penerjemahan yang disesuaikan dengan qo’idah (nahwu sharaf) yang telah
dipelajari, sehingga menekankan penguasaan dan penerapan qo’idah dalam sebuah
bahasa, dengan harapan siswa dapat membedakan antara kata, kalimat, frasa
maupun klausa yang mengandung aktif dan pasif.
Adapun contoh langkah-langkah dalam metode
ini adalah sebagai berikut:
1. Guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
2. Guru
menjelaskan kaidah mabni majhul dan mabni ma`lum beserta contoh-contoh
sederhana
3. Guru
memberikan teks bacaan bahasa Arab yang didalamnya mengandung kaidah mabni majhul mabni ma`lum
4. Guru
membacakan teks bacaan bahasa Arab yang telah disediakan untuk siswa
5. Guru
meminta salah satu siswa untuk membaca teks dengan ditirukan siswa-siswa yang
lainnya
6. Guru
memberikan salah satu contoh kalimat mabni majhul dan mani ma`lum yang ada
dalam teks bacaan
7. Guru
menyuruh siswa untuk menunjukkan kalimat mabni majhul dan mani ma`lum yang ada
dalam teks bacaan
8. Sebelum
siswa menjawab, guru mengulang kembali penjelasan mabni majhul dan mabni
ma`lum, beserta mengulang beberapa contoh dengan dhomir yang berbeda.
9. Siswa
mencari kalimat mabni majhul dan mabni ma’lum dari bacaan yang tersedia,
10. Dari
kalimat yang ditemukan di dalam bacaan tersebut kemudian siswa megubahnya
menjadi beberapa bentuk dengan dhomir yang berbeda.
11. Guru
melakukan evaluasi dengan cara menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas.
12. Sebelum
memberikan koreksi terlebih dahulu guru mengingatkan kembali kaidah yang telah
dipelajari.
13. Guru
memberikan koreksi pada tugas siswa
14. Sebelum
mengakhiri pelajaran, Guru bertanya pada siswa terkait tema yang dibahas jika
masih ada yang kurang jelas siswa diharapkan bertanya.
15. Guru
menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan
16. Guru
mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah
PENUTUP
Uraian analisis diatas merupakan
prediksi logis dari realita persamaan dan perbedaan bentuk Pola aktif pasif
dalam bahasa arab dan bahasa Indonesia, serta beberapa solusi dalam
pengajarannya yang meliputi materi dan metode yangmana diharapkan dengan adanya
analisis ini dapat memudahkan peserta didik dalam memahami dan menguasai teori aktif pasif dalam pembelajaran bahasa arab
khususnya, mampu mempraktekkannya dan menjadi pedoman bagi pengajar untuk dapat
membuat materi yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Parera, J.D., Dasar-Dasar Analisis Sintaksis,
Jakarta, Erlangga, 2009
Tarigan, Henry
Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, Bandung, Angkasa, 2009
Linguistika, Vol. 15, No. 28, Maret 2008 SK
Akreditasi Nomor: 007/BAN PT/Ak-V/S2/VIII/2006
Indihadi, Dian
dalam BB 7 analisis kontrastif. Pdf
Muhammad, Ali. 1993. Ilmu Lughah.
http://phinphinqimut.wordpress.com/2011/05/06/analisis-dua-bahasa-pada-level.kata/#_ftn2
di browsing pada, Rabu, 2 Mei 2012
Setiaselamanya, Perbandingan Bahasa
Indonesia & Bahasa Arab dari Segi Sintaksis dalam http://setiaselamanya.wordpress.com/2011/05/09/perbandingan-bahasa-indonesia-bahasa-arab-dari-segi
sintaksis/, di postkan pada, 9 Mei 2011
Suwarto dengan tesisnya berjudul analisis kontrastif
kontruksi pasif bahasa arab dengan bahasa Indonesia, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5762/1/01007893.pdf
di browsing pada, kamis 3 Mei 2012
http://id. Wikipedia.orq/wq/transitif,
dibrowsing pada, jum’at, 4 Mei 2012
نَاءُ الْمَجْهُوْلِ dalam http://masbadar.com/pelajaran-bahasa-arab-fiil-malum-kata-kerja-aktif-fiil-majhul-kata-kerja-pasif/,
yang dibrowsing pada 5Mei 2012
فِعْل
مَعْلُوْم – فِعْل مَجْهُوْل
dalam http://masbadar.com/pelajaran-bahasa-arab-fiil-malum-kata-kerja-aktif-fiil-majhul-kata-kerja-pasif/,
yang dibrowsing pada 5Mei 2012
[1]Henry
Guntur Tarigan. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. (Bandung:
Angkasa, 2009 (edisi revisi). hal. 5
[2]
Drs. Dian Indihadi, M.Pd, dalam BB 7
analisis kontrastif. pdf
[3] J.D. Parera, Dasar-Dasar Analisis
Sintaksis, ( Jakarta; Erlangga, 2009), hlm. 7
[4] Setiaselamanya, Perbandingan Bahasa
Indonesia & Bahasa Arab dari Segi Sintaksis dalam http://setiaselamanya.wordpress.com/2011/05/09/perbandingan-bahasa-indonesia-bahasa-arab-dari-segi
sintaksis/, di postkan pada, 9 Mei 2011
[5]
Suwarto dengan tesisnya berjudul analisis kontrastif kontruksi pasif
bahasa arab dengan bahasa Indonesia, dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5762/1/01007893.pdf
di browsing pada, kamis 3 Mei 2012
[6]
http://phinphinqimut.wordpress.com/2011/05/06/analisis-dua-bahasa-pada-level-kata/#_ftn2,
di
browsing pada, Rabu, 2 Mei 2012
[8] bhttp://id. Wikipedia.orq/wq/transitif,
dibrowsing pada, jum’at, 4 Mei 2012
[9] J.D. Parera, Dasar-Dasar Analisis
Sintaksis, hlm. 36
[10] J.D. Parera, Dasar-Dasar Analisis
Sintaksis, hlm 34
[12]
نَاءُ
الْمَجْهُوْلِ dalam http://masbadar.com/pelajaran-bahasa-arab-fiil-malum-kata-kerja-aktif-fiil-majhul-kata-kerja-pasif/,
yang dibrowsing pada 5Mei 2012
[13]
http://phinphinqimut.wordpress.com/2011/05/06/analisis-dua-bahasa-pada-level-kata/#_ftn2
[15] Linguistika, Vol. 15, No. 28, Maret
2008 SK Akreditasi Nomor: 007/BAN PT/Ak-V/S2/VIII/2006 hlm 8
[16] Ali. Muhammad , Ilmu Lughah, (1993)
[17] فِعْل مَعْلُوْم – فِعْل مَجْهُوْل dalam http://masbadar.com/pelajaran-bahasa-arab-fiil-malum-kata-kerja-aktif-fiil-majhul-kata-kerja-pasif/,
yang dibrowsing pada 5Mei 2012
The Casino Hotel Reno, NV - Mapyro
BalasHapusInformation and reviews for The 진주 출장샵 Casino Hotel Reno, 이천 출장안마 NV, including room types, 서산 출장샵 The Hotel Reno is one of 10 충청남도 출장마사지 hotels in Reno where guests can 서울특별 출장샵 stay in a