METODE MEMBACA (QIRO’AH) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN
PENGAPLIKASIANNYA
Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab
Pengampu : Ali Subhan
oleh: Ummi
Luthfiyah
A. Latar belakang
Tidak
asing lagi bagi kita bahwasanya Kalam merupakan ketrampilan dasar yang menjadi
bagian penting dalam pembelajaran bahasa Arab. Ketrampilan ini tergolong sebagai maharah istintajiyah
(productive skill). Sebab hal itu menuntut adanya peran aktif peserta didik
agar dapat berkomunikasi secara lisan (syafawiyah) dengan pihak atau komunitas
yang lain. Aspek ketrampilan ini dapat dikatakan ketrampilan yang paling
dominan diantra ketrampilan-ketrampilan yang lainnya setelah istima`. Dalam
mengajarkan ketrampilan berbicara, seorang guru hendaklah perlu diperhatikan
tingkat kemampuan siswa. Untuk itu, guru dapat mengenal jenjang kemampuan kalam
dan apa yang harus dilakukannya. Sehingga guru dapat memnentukan materi yang
sesuai dengan kemampuan siswa.
Perlu
kita ketahui secara umum, tujuan pembelajaran kalam adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan menyusun kalimat sempurna sesuai dengan kaidah bahasa arab
yang benar, mampu memilih kata-kata yang tepat dan konstektual serta berfikir
dan berujar dengan bhasa arab. Tujuan pembelajaran kalam pada intinya
kebanyakan berupa dialog. Melalui dialog secara tidak sengaja memancing untuk
berbicara yang identiknya akan dipengaruhi beberapa factor diantrannya:
pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata dan kalimat pembicaraan..
Maharoh
kalam disamping memahami tujuannya yang penting itu, seorang guru harus mampu
bagaimana cara mendesain evaluasi maharah kalam yang terdapat berbagai macam
cara atau bentuknya. Salah satunya bentuk evaluasi yang diberikan perserta
didik harus sesuia dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa.
Tujuan tes
kemampuan berbicara adalah untuk mengukur kemampuan test dalam mengguanakan
bahasa arab sebagai alat komunikasi lisan. Kemampuan yang dimaksud adalah
kemampuan mengkomunikasikan ide, perasaan, gagasan, maupun fikiran dan
kemampuan memahami ujaran mitra tutur. Disamping itu,
evaluasi maharah kalam juga untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan siswa
dalam melakukan peoses belajarnya. Bentuk dari evaluasinya baik
dilakukan berupa tes maupun non tes.
Oleh karena itu, dalam makalah ini pemakalah akan
membahas tentang bagaimana cara mendesain evaluasi maharotul kalam diantarannya
adalah konsep Pembahasan maharotul kalam, metode dalam pengajaran maharoh
kalam, cara mendesain evaluasi maharotul
kalam, dan cara penyekoran evaluasi maharotul kalam.
B. Pembahasan
v konsep Pengajaran maharotul kalam
Berbicara
adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain.
Berbicara identik dengan penggunaan bahasa secara lisan. Penggunaan bahasa
secara lisan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi berbicara secara langsung adalah : a) pelafalan, b) intonasi, c)
pilihan kata, d) struktur kata dan kalimat, e) sistematika pembicaraan, f) isi
pembicaraan, g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan, serta h) penampilan
(gerak-gerik, penguasaan diri, dll). Berbicara adalah salah satu keterampilan
berbahasa. Aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya adalah menyimak, membaca,
dan menulis.
Pada
hakekatnya kemahiran berbicara merupakan kemahiran menggunakan bahasa yang paling
rumit, yang dimaksud dengan kemahiran berbicara adalah kemahiran mengutarakan
buah pikiran dan perasaan dengan kata-kata dan kalimat yang benar, ditinjau
dari system gramatikal, tata bunyi.
Terdapat
factor yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ini adalah keberanian
siswa dan perasaan tidak takut. Oleh karena itu guru harus dapat memberikan
dorongan kepada siswa agar berani berbicara tanpa berfikir resiko salah.
v Metode dalam pengajaran maharotul kalam
Adapun metode dalam
pengajaran kalam adalah sebagai berikut
1. Metode
Langsung (Ath-Thari:qah Al-Muba:syirah)
Metode
langsung berasumsi bahwa proses belajar bahasa kedua atau bahasa asing (seperti
bahasa Arab) sama dengan bahasa ibu, yaitu dengan penggunaan bahasa secara
langsung dan secara intensif dalam komunikasi lisan kemudian tulisan. Tujuan
metode tersebut adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat
berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa Arab di masyarakat Arab.
Penggunaannya di kelas harus seperti penutur asli. Teknik pembelajaran secara
umum dapat berupa penyajian kata-kata konkret dalam komunikasi melalui
demonstrasi, peragaan benda langsung dan gambar, atau melalui asosiasi, konteks,
dan definisi.
2. Metode Audiolingual (Ath-Thari:qah
As-Sam`iyah Asy-Syafahiyah)
Metode
audiolingual berasumsi bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran. Oleh karena
itu pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa
dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya (kalam) sebelum
pelajaran membaca dan menulis.Asumsi lain dari metode ini ialah bahwa bahasa
adalah kebiasaan. Suatu perilaku akan menjadi kebiasaan apabila diulangi
berkali-kali. Begitu pula dalam pengajaran kalam, siswa akan terampil dalam
berbicara karena terbiasa berbicara (dalam bahasa Arab).3. MetodeKomunikatif
(Ath-Thari:qah Al-Ittisha:liyah).
2. Metode
komunikatif
Metode
ini berasumsi bahwa penggunaan bahasa tidak hanya terdiri atas empat
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), tapi
mencakup beberapa kemampuan dalam kerangka komunikatif yang luas, sesuai dengan
peran dari partisipan, situasi, dan tujuan interaksi.
Teknik
pembelajaran secara umum dapat berupa penyajian materi yang bervariasi, tidak
hanya mengandalkan buku teks, tetapi lebih ditekankan pada bahan-bahan otentik
(berita Koran, iklan, menu, KTP, SIM/ STNK, formulir-formulir dll). Untuk
itulah dengan metode komunikatif ini dapat mengembangkan kompetensi siswa dalam
berkomunikasi lisan dengan bahasa target (misal bahasa Arab) dalam konteks
komunikatif yang sesungguhnya.
v Cara mendesain
evaluasi maharotul kalam
Mengukur
kemampuan berbicara bahasa Arab adalah mengukur kemampuan siswa dalam
mengekpresikan ide, pikiran dan perasaan siswa dalam bahasa Arab lisan. Tes
kemampuan berbicara merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam tes
bahasa. Sebagai kemampuan berbahasa aktif dan produktif, kemampuan berbicara
menuntut penguasaan terhadap beberapa aspek dan kaidah penggunaan bahasa.
Berkaitan dengan hal ini, bahwa tidak ada kemampuan berbahasa yang begitu sulit
untuk dinilai sebagaimana tes berbicara. Berbicara hakikatnya merupakan
keterampilan yang sangat kompleks yang mempersyaratkan penggunaan berbagai kemampuan.
Kemampuan tersebut meliputi:
a. Pelafalan
b. Tata bahasa
c. Kelancaran
d. Pemahaman
(kemampuan merespon terhadap suatu ujaran secara baik)
Perlu
kita ketahui sebelumnya, bahwa dalam latihan maharotul kalam terdapat beberapa
tahap. Pada tahap permulaan, latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan
latihan menyimak. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam latihan
menyimak ada tahap mendengarkan dan menirukan. Latihan mendengar dan menirukan
tersebut merupakan gabungan antara latihan dasar untuk kemahiran menyimak dan
kemahiran berbicara. Namun bagaimanapun juga tujuan akhir dari maharaoh kalam
adalah kemampun siawa untuk berekspresi (ta`bir).
Dalam
tes keaampuan berbicara bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menggunakan bahasa Arab cesara lancar dan benar dalam berkomunikasi secara
lisan. Adapun untuk mencapai tujuan itu, guru diharapkan mengubah pola
pengajaran dari tingkat menirukan atau memperagakan ketingkat bagaimana agar
siswa mampu mengungkapkan gagasan, ide tau pikiran secara lisan.
Berikut
ini merupakan beberapa model tes berbicara. Urutan nomer menunjukkan
gradasi/tingkat kesukaran walaupun tidak mutlak diantaranya adalah:
1. Mendeskripsikan
gambar
Siswa
dimintai untuk mendeskripsikan gambar secara lisan dengan menggunakan bahasa
Arab, dalam mendeskripsikan gambar terkadang diberi beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan gambar atau secara bebas siswa dimintai mendeskripsikan apa
yang dilihat dalam gambar.
2. Berbicara
bebas
Dalam
berbicara bebas ini, tema dan judul dapat digunakan dalam berbicara bebas
diupayakan dengan tema atau judul-judul yang telah siswa ketahui sebelumnya,
hal ini bertujuan agar siswa tidak kesulitan dalam masalah isi, karena tujuan
utamanya adalh untuk mengukur kemampuan siswa dalam berbicara bahasa arab bukan
pada penguasaan isinya.
3. Bercerita
Yang
dimaksud dengan bercerita bebas disini adalah suatu kegiatan tes kemampuan
berbicara yang menuntut teste menceritakan topik-topik tertentu secara bebas.
Topik-topik yang dimaksud dapat disediakan oleh guru, kemudian teste memilih
sendiri topik yang sesuai dengan selera, pengetahuan dan pengalamannya atau
pihak teste diminta mencari topik sendiri sesuai dengan selera atau pengalamannya.
4. Diskusi
Diskusi
selain alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam beragumentasi, juga dapat
mengukur kemampuan berbicara, dalam diskusi ini, teste diminta untuk
mengemukakan dan mempertahankan pendapat, ide dan pikirannya serta merespon
pendapat, ide dan pikiran orang lain secara kritis dan logis. Dalam hal ini,
sudah barang tentu kemampuan mengguanakan bahasa sebagi alat komunikasi lisan
merupakan indikator yang sangat subtansial dan esensial dalam mencermati
kegiatan diskusi.
5. Wawancara
Wawancara
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
berbicara pembelajar (teste) dalam bahasa arab. Kegiatan wawancara dilakukan
oleh seorang penguji atau lebih terhadap teste. Dalam melakukan wawancara,
seorang penguji seyogyanya menciptakan situasi yang kondusif agar teste merasa
tenang, bebas tidak merasakan tertekan dan tidak merasa diintograsi.
Perihal yang
dipertanyakan dalam wawancara tersebut dapat menyangkut berbagai hal, tetapi
hendaknya disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuan siswa, misalnya
berkaitan dengan identitas pribadi siswa, keadaan keluarga, maupun kegiatan
sehari-hari. Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih materi
wawancara adalah teks bahasa arab yang sudah dipelajari siswa.
6. Berpidato
Pidato juga
dapat dikatagorikan sebagai salah satu bentuk tes untuk mengukur kemampuan
berbicara siswa. Dalam konteks pengajaran dan penyelenggaraan tes berbicara,
tugas pidato dapat berwujud permainan simulasi, misalnya siswa bersimulasi
sebagai kepala sekolah yang berpidato dalam upacara bendera, menyambut tahun
ajaran baru, memperingati hari-hari besar nasional, atau hari-hari besar
keagamaan.
7. Drama
8. Latihan
Asosiasi dan identifikasi
9. Latihan
pola kalimat
10. Latihan
percakapan
v Cara penyekoran evaluasi maharotul kalam
Kemampuan
speaking siswa diskor dan dinilai oleh assessor, yang telah mendapat pelatihan
khusus, untuk menilai berdasarkan format dan kriteria tertentu yang disepakati.
Berikut
adalah beberapa aspek yang akan dinilai dari kompetensi berbicara atau maharah
kalam dalam pembelajaran bahasa Arab.
Nilai akhir Kalam adalah gabungan atau akumulasi dari wacana
transaksional, interpersonal dan monolog.
Ketentuan dan perhitungan
masing-masing wacana sebagai berikut:
ü Transaksional
→ Total score = 16 → nilai = 30 (skala
100)
ü Interpersonal
→ Total score = 16 → nilai = 30 (skala
100)
ü Monolog
→ Total score = 16 → nilai = 40 (skala
100)
ü
Contoh
perhitungan nilai akhir untuk masing-masing wacana:
Rumus: x Nilai
Misal
untuk :
ü Transaksional
→ Edi Susilo memperoleh skor perolehan 10 dari 16. Maka dia
mendapat nilai: x 30 = 18,75
ü Interpersonal
→ Edi Susilo memperoleh skor perolehan 12 dari 16. Maka dia
mendapat nilai: x 30
= 22,50
ü Monolog
→ Edi Susilo memperoleh skor perolehan 13 dari 16.
Maka dia mendapat
nilai:
x 40
= 32,50
Dengan demikian NILAI
AKHIR Edi Susilo untuk ujian KALAM adalah
:
18,75 + 22,50 + 32,50 = 83,75
v Kelebihan dan kekurangan dalam tes lisan (kalam)
Adapun kelebihan tes lisan sebagai berikut:
a) Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan
yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan
secara berhadapan langsung.
b) Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya
relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan
soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan
langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
c) Hasil tes dapat langsung diketahui peserta
didik.
d) Siswa dapat mengemukakan argumentasi
e) Dapat mengevaluasi kemampuan penalaran
f) Dapat mengevaluasi kemampuan berbahasa lisan
g) Dapat melakukan pendalaman materi
h) Tidak mungkin terjadi penyontekan
i) Bahan ujian dapat luas dan mendalam
Sedangkan kelemahan-kelemahan
dalam tes lisan sebagai berikut:
a)
Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,
b) Waktu
pelaksanaan yang diperlukan.
c) Sangat
memungkinkan ketidakadilan
d)
Subjektifitas tinggi
e)
Memerlukan waktu yang lama
f) siswa
dapat melakukan ABS
C. Kesimpulan
Mengukur kemampuan berbicara bahasa Arab adalah
mengukur kemampuan siswa dalam mengekpresikan ide, pikiran dan perasaan siswa
dalam bahasa Arab lisan. Hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menggunakan bahasa Arab secara lancar dan benar dalam berkomunikasi secara
lisan.
Seorang guru selain memberikan materi, harus
mengevaluasi siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan
siswa dalam menguasai maharoh kalam tersebut. Dalam penyekorannya seorang guru juga
harus dapat menyesuaikan dengan kemampuan siswa yang ajarkannya. Disamping itu,
Untuk
mengukur kemampuan berbicara teste, banyak cara atau bentuk yang dapat
dkembangkan oleh guru sesuai tingkat kemampuan teste, yaitu dari tes yang
paling dasar dan sederhana sampai pada bentuk tes yang paling kompleks dan
sulit
Demikian dari uraian diatas menunjukkan bahwa
keterampilan berbicara mutlak sangat diperlukan. Begitu pula keterampilan
menyimak dan berbicara saling berkaitan. Dalam menyimak seorang mendapat
informasi, sedangkan dalam berbicara seseorang menyampaikan pikiran, perasaan
melalui alat ucap. Untuk itulah teknik berbicara atau keterampilan berbicara
perlu dibina dan dikembangkan serta banyak latihan atau evaluasi-evaluai sehingga
menumbuhkan minat siswa dalam berbicara.
D. Daftar Pustaka
Effendy, Ahmad Fuad, Pendekatan,
Metode, Teknik Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005
Al-
Khouli, M. Ali, Ikhtibar Lughowi,
(Sholeh: Darul Falah 2000), hlm. 107-108
Hermawan, Acep, Metodelogi
pembelajaran bahasa Arab. Bandung:
Rosda. 2011
Muhtadi Anshor, Ahmad. Pengajaran Bahasa Arab Media
dan Metode-metodenya. Yogyakarta: TERAS. 2009
Hamid, Abdul, Mengukur kemampuan Bahasa Arab
untuk study Islam, Yogjakarta: UIN-MALIKI PRESS, 2010
Panduan Materi Ujian Praktik Sekolah, Dependiknas: Pusat Penilaian Pendidikan – Kurikulum, 2004
Di
unduh dari http://viviap.wordpress.com/2010/04/01/tes-tulis-dan-lisan/
http://komarun-unnes.blogspot.com/2009/04/teknik-belajar-bicara-mudah-buat.html.
diunduh pada tanggal 8 mei 2012
http://komarun-unnes.blogspot.com/2009/04/teknik-belajar-bicara-mudah-buat.html.
diunduh pada tanggal 8 mei 2012
Di unduh dari http://www.scribd.com/doc/48676147/Perbedaan-Wawancara-dan-Tes-Lisan. diunduh tanggal 24 april
2012
Di unduh dari http://viviap.wordpress.com/2010/04/01/tes-tulis-dan-lisan/. Diunduh pada tanggal 24 april 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar