Sabtu, 09 Juni 2012

ANALISIS KONTRASTIF POLA PASIF AKTIF BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA ARAB


ANALISIS KONTRASTIF POLA PASIF AKTIF BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA ARAB
(Analisis Kontrastif Sintaksis)
Oleh: Ummy Luthfiyyah

PENDAHULUAN
Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua, terutama dalam membaca maupun mengkonstruk sebuah kalimat, siswa sering menghadapi kesulitan dan kesalahan. Hal itu terjadi akibat siswa menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam bahasa pertama. Dalam hal ini, siswa menggunakan sejumlah unsur dan tata bahasa dalam bahasa pertama untuk kegiatan dalam bahasa kedua. Akibat unsur-unsur kebahasaan itu tidak terdapat dalam bahasa pertama sedangkan siswa pada saat menggunakan bahasa kedua dituntut untuk menggunakan unsur itu, maka mengakibatkan kesalahan dan kesulitan dalam berbahasa.
Hal semacam ini sangat perlu solusi. Solusi untuk kesulitan dan kesalahan siswa itu pun cukup banyak sehingga guru dapat memilih salah satu cara yang dipandang paling tepat. Salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan dan kesalahan siswa akibat pengaruh unsur-unsur kebahasaan itu adalah analisis kontrastif. Oleh karena itu, analisis kontrastif dapat dijadikan solusi alternative dalam pengajaran bahasa kedua kaitan dengan unsure dan tata bahasa (sintaksis) sebuah bahasa. Dengan melakukan analisis kontrastif, guru dapat mengetahui kesulitan dan kesalahan siswa dalam berbahasa.
Salah satu analisis bahasa tersebut adalah analisis sintaksis dari sisi konstruksi aktif pasif dari sisi pola struktur kalimat. Permasalahan yang kami uraikan adalah Pola Aktif Pasif Bahasa Arab (PPA BA) dan Pola Aktif Pasif Bahasa Indonesia -  (PPA BI) dari aspek sintaksis, serta menemukan persamaan dan perbedaan pola struktur dan unsur pembentuk antara PPA BA dan PPA BI.
Oleh karna itu dalam makalah kami kali ini akan dibahas “ Analisis Kontrastif Konstruksi Pasif Aktif Bahasa Indonesia dengan Bahasa Arab”, yang meliputi pengertian analisis kontrastif, deskripsi PPA BI, deskripsi PPA BA, kontrastif PPA BI dan PPA BA, prediksi kesulitan peserta didik pada PPA BI dan PPA BA, menyusun bahan ajar berdasar analisis serta cara menyampaikan bahan/ metode penyampaian. Yangmana ditujukan untuk memberikan satu sumbangan yang berarti untuk keberhasilan proses belajar mengajar bahasa Arab.






PEMBAHASAN
Pengertian Analisis Kontrastif
Analisis kontrastif adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan. Tarigan mengemukakan bahwa Analisis Kontrastif (Contrastive Analysis)/anakon, merupakan kegiatan pembandingan struktur dua bahasa – bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) – untuk menemukan perbedaan-perbedaan yang ada pada kedua bahasa terebut.[1] Hasil perbedaan yang diperoleh dapat dijadikan dasar untuk memprediksi kesulitan belajar bahasa terutama bahasa kedua (B2). Hal ini berbeda dengan Lado(1975) yang mengaitkan latar belakang budaya dari kedua bahasa tersebut.
Menurut Brown (1980) dan Ellis (1986), ada empat langkah yang harus dilakukan dalam analisis kontrastif. Keempat langkah itu adalah:
1) mendeskripsikan sistem atau unsur-unsur bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2)
2) menyeleksi sistem atau unsur-unsur bahasa (B1 dan B2) yang akan dibandingkan atau dianalisis.
3) mengontraskan sistem atau unsur-unsur bahasa (B1 dan B2) dengan cara memetakan unsur-unsur dari kedua bahasa yang dianalisis.
4) memprediksikan sistem atau unsur-unsur bahasa (B1 dan B2) untuk keperluan pengajaran bahasa di sekolah[2].
Jadi, analisis kontrastif adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan untuk keperluan pengajaran bahasa kedua, terutama untuk mengatasi kesulitan dan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa.
Dalam analisis tata bahasa, kaitan dengan aktif dan pasif, menurut analisis Parera dalam Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, konsep aktif dan pasif berhubungan dengan satuan kata dan berkedudukan sebagai fungsi dalam satu kalimat. Jadi, harus dikatakan fungsi aktif dan fungsi pasif dari kata dan bukan kalimat pasif atau klausa pasif. Bentuk kata memelihara dan dipelihara berfungsi aktif dan pasif dalam kalimat peternak memelihara kambing  dan kambing dipelihara. Frase oleh peternak berfungsi sebagai keterangan dalam kalimat tersebut.[3]

Deskripsi PPA BI
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan. Contoh: ayah menulis surat (ayah/S = melakukan pekerjaan)
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Contoh: surat itu ditulis oleh ayah (surat/S = dikenai pekerjaan) [4]. Menurut Kridalaksana, verba pasif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil.  Pada verba pasif biasanya ditandai dengan prefiks di-   atau ter-  yang berarti ‘ dapat di’ atau ‘tidak dengan sengaja’. Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif dengan cara mengganti afiksnya[5].
Contoh Pola Aktif Pasif Bahasa Indonesia:
AKTIF
PASIF
Verb
Menulis
Menangis
Membaca
 pola
me + tulis
 me + tangis
 me + baca
Verb
 Dimakan 
Diminum
Ditulis
pola
di + makan
di + minum
di + tulis[6]




Ada tiga jenis bentuk pasif:
(1)   Dapat dibalik, Contoh “Ani dikejar Amir”, dapat dibalik “Amir dikejar Ani”.
(2)   Tidak dapat dibalik yang pelakunya berupa instrumen, Contoh bentuk pasif yang kedua: “Mangga dilempar dengan batu”; tidak mungkin dibalik “Batu dilempar dengan mangga”.
(3)   Tidak dapat dibalik yang pelakunya berupa manusia. Bentuk pasif yang dapat dibalik artinya objeknya dapat dijadikan subjek dan sebaliknya. Sedangkan contoh bentuk pasif yang ketiga adalah “Buku saya dipinjam oleh Jono”. Kalimat ini tidak mungkin dibalik “Jono dipinjam oleh buku saya”[7].
Ada juga bentuk aktif pasif yang menggunkan verba transitif (kata yang membutuhkan obyek). Dalam tata bahasa baku BI (1993 :27) disebutkan bahwasannya verba transitif menyatakan peristiwa yang melibatkan dua maujud atau entitas : manusia, binatang, hal-hal yang dapat menjadi titik tolak untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi. Contoh : ‘ayah membaca koran’, menjadi ‘koran dibaca oleh ayah’, kalimat ini tidak dapat hanya menyebutkan N1 dan Vnya  seperti ‘ayah membaca’. Dalam kalimat intransitif tidak menggunakan di dalam bentuk kalimat pasif, contoh : « saya memukul anjing »  bentuk pasifnya adalah « anjing saya pukul », tidak boleh : « anjing dipukul saya ».[8]
Hubungan pasif aktif  Bahasa Indonesia biasanya dinyatakan dengan rangkaian system kata kerja bahasa Indonesia misalnya: seperti :me- + kata kerja dasar (dalam beberapa variasi morfofonemik) menjadi di- +kata kerja dasar+oleh.
Sebuah PDKI (Pola Dasar Kalimat Inti) dapat mengalami proses perubahan bentuk untuk menjadi atau dijadikan kalimat turunan. Kalimat pasif bahasa Indonesia diturunkan dengan proses perubahan bentuk dari PDKI aktif. Misalnya: pola NP+meN-VP+NP (aktif)) mengalami proses perubahan bentuk (dengan permutasi dan penambahan) dijadikan kalimat turunan pasif dengan pola NP2 di+di-VP+oleh+NPI.
Aktif: NP1+meN-vp+NP2                            
Kucing mengigit tikus                        
Pasif: NP2+ter _Vp+oleh+NP1                     NP2+DI_Vp+oleh+NP1
tikus tergigit oleh kucing                                 tikus digigit oleh kucing[9]
Hubungan semantic aktif dan pasif  bahasa-bahasa selalu tidak sama. Demikian pula hubungan itu dalam bahasa arab. Jika dibandingkan dengan bahasa Arab maka hubungan pasif dan aktif   bahasa Indonesia tampaknya lebih sederhana.
Secara sederhana pola aktif pasif dalam sebuah kalimat adalah sebagai berikut:
Dalam  bahasa Indonesia:
NO
POLA AKTIF
POLA PASIF
1.
N1+me+VT+N2        
Mereka membeli mobil itu
N2+di+VT+oleh+N1
 mobil itu dibeli oleh mereka[10]
2.
N1+meN-VP+N2                   ,
Kucing mengigit tikus
N2+ter _VP+oleh+N1          
tikus tergigit oleh kucing


N2+di_Vp+oleh+N1
tikus digigit oleh kucing
3.
N1+ me+VI+N2
Saya memukul anjing 
N2+N1+VI
anjing saya pukul 

Deskripsi PPA BA
Tulisan Arab ditulis dari kanan ke kiri. Semua huruf Arab hanya melambangkan bunyi konsonan. Bunyi vokal tidak dilambangkan dengan huruf  akan tetapi dilambangkan dengan tenda-tanda yang lazim disebut harakat. Di dalam BA terdapat tiga bunyi vokal yaitu /a/,/i/ dan /u/. Vokal /a/ dilambangkan dengan tanda ــــَـــ yang diletakkan di atas huruf, tanda ini lazim disebut fathah. Vokal /i/ dilambangkan dengan tanda ـــــِــــ   yang diletakkan di bawah huruf, tanda ini lazim disebut kasrah, sedangkan vokal /u/ dilambangkan dengan tanda ـــُــ yang diletakkan di atas huruf, tanda ini lazim disebut dhammah. Sebagai contoh apabila kata jalasa ‘duduk’ ditulis maka penulisannya hanya menggunakan tiga huruf yaitu ج, ل, س  (dari kanan ke kiri) dan masing-masing huruf diberi tanda fathah di atasnya. Tulisan tersebut masih dalam bentuk saling terpisah, apabila disambungkan hasilnya adalah جَلَسَ.
Pembicaraan tentang KP BA tidak terlepas dari pembicaraan tentang verba. Pembicaraan tentang verba, secara morfologis  dapat dilakukan dengan menggunakan pola yang biasa disebut wazan ‘timbangan’. Di dalam BA pola itu diterangkan dengan tiga huruf yaitu: ف/f/, ع/’/ dan ل/l/. /F/ sebagai radik pertama, /’/ sebagai radik kedua dan /l/ sebagai radik ketiga.
Kalimat aktif dalam BA mungkin dapat di sebut kalam ma’lum adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor.sedangkan dalam kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau menadi sasaran[11].
Contoh kalimat aktif : حسن يشرب العصيردائما
Contoh kalimat pasif :  الباب يفتح من الصباح
Cara Pembentukan Fi’il Majhul Dari Fi’il Ma’lum.
1. Fi’il Madhi
Dikasroh huruf sebelum terakhir dan di dhommah semua huruf yang berharokat sebelumnya.
Contoh:
ضَرَبَ –> ضُرِبَ
قَتَلَ –> قُتِلَ
تَعَلَّمَ –> تُعُلِّمَ
2. Fi’il Mudhori’
Difathah huruf sebelum terakhir dan di dhommah huruf pertamanya
Contoh:
يَكْتُبُ –> يُكْتَبُ
يَفْتَحُ –> يُفْتَحُ
يَسْتَمِعُ –> يُسْتَمَعُ
Catatan:
Apabila pada fi’il madhi terdapat huruf yang disukun, maka pada saat pembentukan fi’il majhul tidak boleh dijadikan dhommah dan tetap harus disukun.
Contoh:
اِسْتَمَعَ –> اُسْتُمِعَ[12]
 Contoh pola aktif pasif dalam Bahasa Arab adalah sebagai berikut:
AKTIF
PASIF
Verb
كَتَبَ    /kataba/ 
فَرَحَ    /fariha/ 
كَبُرَ     /kabura/
 pola
فَعَلَ      /fa’ala/
فَعِلَ      /fa’ila/
فَعًلَ      /fa’ula/
Verb
Ukrima   
Kutiba
Kussiro
pola
 uf’ila
fu’ila
 fu’ila[13]




Beberapa bentuk klausa atas dasar peran dalam bahasa arab:
  1. Klausa aktif (jumlah ma’lumiyah) adalah klausa yang S-nya berperan sebagai pelaku. Contoh:شرح الله صدر زيد
  2. Klausa pasif (jumlah majhuliyah) adalah klausa yang S-nya berperan sebagai penderita. Contoh:هزمت أكبر دولتين
  3. Klausa netral (jumlah bayna ma’lumah wa majhulah) adalah klausa yang P-nya non verba, S tidak berperan apa-apa, tidak sebagai pelaku dan tidak sebagai penderita. Contoh:إن التوحيد مصدر قوته
Hubungan sistematik bahasa Arabpun dapat dinyatakan antara tipe Pola Dasar Kalimat Inti dan kalimat derivasi paif sebagaimana berikut:
 NO
AKTIF           
PASIF:
1.
V + N1+partN2
 ركب أحمد السيارة           
V+ partN2
 ركب السيارة
2.
N1+V+ partN2+adv 
حسن يشرب العصيردائما    
partN2+V+Aux+PartAdv
 الباب يفتح من الصباح

Kontrastif  transformasi PPA BA dan PPA BI.
Setelah dilakukan analisis hanya ditemukan persamaan dan perbedaan dari keduanya:
  1. Persamaan: PP BA dan PP BI memiliki persamaan, yaitu: V+N2, N2+V, V, adapun PA BA dan PA BI sama dalam pola N+V, yakni dalam jumlah ismiyyah dalam bahasa arab
  2. Perbedaan: Di dalam PP BA pola yang terdiri dari tiga tempat yaitu pola N1+V+N2  pola variasi turunannya hampir sama. Sedangkan di dalam PP BI pola N1+V+N2 dengan segala variasi turunannya semuanya mempunyai banyak pola yang mencapai 10[14].. Adapun diantaranya sebagai berikut:
No
Aktif
Pasif
Ket
Indonesia
Arab
Indonesia
Arab
1.
N1+ (me+VI)+N2
N1+ V+(partN2)
N2+(di+VT)+oleh+N1
N2+(ter+VP)+oleh+N1
partN2+V+Aux+PartAdv

beda
2.
N+V
N+V
V+N2, N2+V, V
V+N2, N2+V, V
sama
Beberapa persamaan dan perbedaan sintaksis kalimat dalam bahasa arab dan Indonesia secara umum diantaranya adalah:
  • Persamaan
1.        Dalam bahasa Indonesia, kalimat sederhana meliputi Subjek, Predikat, Objek, dan keterangan. Contoh: kita belajar bahasa Indonesia di sekolah.
2.        Begitu juga kalimat sederhana dalam bahasa arab meliputi Fi’il, Fa’il, dan maf’ul bih serta dharaf. Contoh:  ذهب علي إلى السوق
3.        Kalimat setara dalam bahasa Indonesia yaitu kalimat yang terdiri atas dua struktur kalimat yang unsur pembentuknya berkedudukan sama atau setara dan cirinya disertai dengan tanda hubung( dan , lalu, serta, dsb). contoh: adik membaca buku,sedangkan  kakak menulis surat
4.        Di dalam bahasa arab pun, kalimat setara adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat sederhana disertai tanda hubung (huruf ‘athaf).Contoh: درس خا لد بجد و نجح في الامتحان
  • Perbedaan
1.        Adanya aturan cara membaca/ mengucapkan kata di akhirnya dan adanya perubahan bacaan yang disebabkan amil. Misalnya: رايت عمرا ,جاء عمر
2.        Perbedaan struktur kalimat nominal dan verbal, perbedaan aturan itu akan mempengaruhi pula dalam memahami bahasa Arab, mis ذ هب احمد الى السوق maka arti yang menurut susunan bahasa Indonesia adalah Pergi Ahmad ke pasar. Dan ini janggal menurut bahasa Indonesia.
3.        Perbedaan pola kalimat
o  Pola penyusunan kata tunjuk, misalnya هذا القلم جميل berbeda dengan هذا قلم جميل
o  Pola pendahuluan obyek, misalnya السيارة سيركبها احمد ( O-P-S) pola ini asing dalam bahasa Indonesia
4.        Adanya persesuaian antara kata dalam kalimat
    • Kesesuaian I’rab/ harokat/ bunyi kahir kata , contoh كتاب جميل, كتابا جميلا
    • Kesesuaian jenis kata contoh kata كتاب جميل, مدرسة جميلة

Prediksi Kesulitan Peserta Didik pada PPA BA dan PPA BI
Robert Lado, menjelaskan bahwa berdasarkan kemiripan dan perbedaan antara B1 dengan B2 maka tingkat kesulitan belajar siswa dapat dikelompokkan atas dua yakni: (1) sulit, (2) mudah.  Bertolak dari kesulitan, Carl James mencatat pendapat Stockwell dkk yang membicarakan dua kesulitan utama yakni kesulitan dalam bidang fonologi dan kesulitan dalam bidang struktur. Taraf kesulitan itu didasarkan atas tiga macam hubungan antara B1 dengan B2:
(1) B1 mempunyai kaidah dan B2 mempunyai padanan;
(2) B1 mempunyai kaidah tetapi B2 tidak mempunyai padanan
(3) B2 mempunyai kaidah dan tak ada padanan dalam B1[15].
Berdasarkan taraf kesulitan diatas, maka diantara prediksi kesulitan dan kesalahan dalam hal ini adalah:
1.      Adanya perubahan wazan antara ma’lum ke majhul, mujarrad ke mazid dan perbedaan dlomir mempunyai pola yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan terjadi kesalahan pembacaan oleh siswa.
2.      Bahasa Indonesia tidak mempunyai banyak padanan seperti diatas, yang digunakan siswa dalam membandingkan ke2 bahasa sehingga memungkinkan terjadi kebingungan dan kesulitan bagi siswa.
3.      Di sisi lain, dalam pembahasan pasif dan aktif  bahasa arab, terkadang terlihat sederhana dengan hanya mengganti fathah menjadi dlummah atau fathah menjadi kasrah dalam beberapa kalimat sederhana, yangmana hal tersebut merupakan salah satu kemudahan bagi siswa.
Beberapa hal yang juga mempengaruhi kesulitan dan kesalahan dalam berbahasa adalah:
1.   Kurangnya kemampuan peserta didik dalam mempelajari kosa kata bahasa Arab.
2.   Orientasi pengajaran bahasa hanya untuk mengenali kaidah bahasa sehingga murid dituntut untuk menguasai konsep kebahasaan daripada praktek mengkomunikasikan bahasa itu sendiri.
3.   Metode pengajaran bahasa yang hanya merangsang murid untuk bisa menerjemahkan struktur Bahasa Arab yang tersusun dengan aplikasi konsep kaidah bahasa Arab mengakibatkan murid hanya memiliki semangat untuk menerjemahkan dan ini akan menimbulkan kepasifan dalam berbicara[16].

Menyusun Bahan Ajar Berdasar Analisis
Sebelum menyusun bahan ajar/materi daripada aktif pasif sendiri, sebaiknya memperkenalkan  perbedaan dan persamaan keduanya secara umum, adapun materinya adalah sebagai berikut:
Fi’il Ma’lum (Kata Kerja Aktif) – Fi’il Majhul (Kata Kerja Pasif)
 Dalam tata bahasa Indonesia, dikenal istilah Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif. Perhatikan contoh berikut ini:
Abubakar membuka pintu. –> kata “membuka” disebut Kata Kerja Aktif.
Pintu dibuka oleh Abubakar. –> kata “dibuka” disebut Kata Kerja Pasif.
Dalam tata bahasa Arab, dikenal pula istilah Fi’il Ma’lum dan Fi’il Majhul yang fungsinya mirip dengan Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini:
ضَرَبَ عُمَرُ
ضُرِبَ عُمَرُ
(= Umar memukul)
(= Umar dipukul)
1.      Fi’il ضَرَبَ (=memukul) adalah Fi’il Ma’lum (Kata Kerja Aktif). Fa’il atau Pelakunya adalah Umar bersifat aktif (melakukan pekerjaan yakni memukul).
2.      Fi’il ضُرِبَ (=dipukul) adalah Fi’il Majhul (Kata Kerja Pasif). Fa’il atau Pelakunya tidak diketahui (tidak disebutkan). Untuk itu, dalam Fi’il Majhul, dikenal istilah Naib al-Fa’il ( نَائِبُ الْفَاعِل ) atau Pengganti Fa’il (Pelaku). Dalam contoh di atas, Umar adalah Naib al-Fa’il (pengganti Pelaku).
Fi’il Majhul dibentuk dari Fi’il Ma’lum dengan perubahan sebagai berikut:   
a) Huruf pertamanya menjadi berbaris Dhammah      
b) Huruf sebelum huruf terakhirnya menjadi berbaris Kasrah untuk Fi’il Madhy dan menjadi berbaris Fathah untuk Fi’il Mudhari’[17].                    
Fi’il Madhy
Fi’il Mudhari’
Fi’il Ma’lum
Fi’il Majhul
Fi’il Ma’lum
Fi’il Majhul
فَعَلَ
فُعِلَ
يَفْعَلُ
يُفْعَلُ
Diantara beberapa materinya adalah dengan mengulang ulang kalimat sesuai dengan dlomir yang berbeda, sebagai berikut:
Fi’il Madhy أَمَرَ (=memerintah) menjadi Fi’il Majhul أُمِرَ (=diperintah):
أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ
= aku diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْنَا أَنْ نَعْبُدَ اللهَ
= kami diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْتَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
= engkau (lk) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْتِ أَنْ تَعْبُدِي اللهَ
= engkau (pr) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْتُمَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ
= kamu berdua diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْتُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ
= kalian (lk) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْتُنَّ أَنْ تَعْبُدْنَ اللهَ
= kalian (pr) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرَ أَنْ يَعْبُدَ اللهَ
= dia (lk) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرَتْ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
= dia (pr) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرَا أَنْ يَعْبُدَا اللهَ
= mereka (2 lk) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرَتَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ
= mereka (2 pr) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرُوْا أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ
= mereka (lk) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْنَ أَنْ يَعْبُدْنَ اللهَ
= mereka (pr) diperintah agar menyembah Allah
Fi’il Mudhari’ يَعْرِفُ (=mengenal) menjadi Fi’il Majhul يُعْرَفُ (=dikenal):
أُعْرَفُ بِكَلاَمِيْ
= aku dikenal dari bicaraku
نُعْرَفُ بِكَلاَمِنَا
= kami dikenal dari bicara kami
تُعْرَفُ بِكَلاَمِكَ
= engkau (lk) dikenal dari bicaramu
تُعْرَفِيْنَ بِكَلاَمِكِ
= engkau (pr) dikenal dari bicaramu
تُعْرَفَانِ بِكَلاَمِكُمَا
= kamu berdua dikenal dari bicara kamu berdua
تُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِكُمْ
= kalian (lk) dikenal dari bicara kalian
تُعْرَفْنَ بِكَلاَمِكُنَّ
= kalian (pr) dikenal dari bicara kalian
يُعْرَفُ بِكَلاَمِهِ
= dia (lk) dikenal dari bicaranya
تُعْرَفُ بِكَلاَمِهَا
= dia (pr) dikenal dari bicaranya
يُعْرَفَانِ بِكَلاَمِهِمَا
= mereka (2 lk) dikenal dari bicara mereka
يُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِهِمْ
= mereka (lk) dikenal dari bicara mereka
يُعْرَفْنَ بِكَلاَمِهِنَّ
= mereka (pr) dikenal dari bicara mereka

Cara Menyampaikan Bahan
Dasar penyusunan bahan pengajaran diatas adalah kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang dialami oleh siswa. Cakupan selanjutnya berkaitan dengan cara penyajian bahan pengajaran bahasa. Ada empat cara penyajian bahan pengajaran bahasa yang dianut oleh teori kontrastif, yakni peniruan, pengulangan, latihan rutin dan penguatan.
  1. Metode meniru artinya seorang pengajar membaca teksnya terlebih dahulu kemudian peserta didik di suruh mendegar dengan seksama lalu menirukannya.
  2. Metode mengulang artinya seorang pengajar membaca teksnya kemudian peserta didik di suruh membaca secara berulang-ulang.
  3. Metode latihan rutin artinya seorang pengajar membaca teksnya kemudian peserta didik di suruh mempelajarinya dengan  rutin pada waktu yang telah di tentukan.
  4. Metode penguatan artinya seorang pengajar membaca teksnya kemudian menguatkan dengan memberikan contoh sesuai kondisi peserta didik sehingga mudah dicerna dan dimengerti. [18]
Metode yang sesuai dengan teori kontrastif dalam analisis aktif pasif kali ini menurut kami adalah metode mengulang. Yang dimaksud dengan metode mengulang disini adalah seorang pengajar harus menjelaskan materi yang akan diajarkan secara sistematis, jelas, dan penjelasan tersebut dilakukan dengan berulang-ulang. Sehingga nantinya sedikit demi sedikit para peserta didik akan paham dan mengerti  tentang materi yang dijelaskan tadi. Artinya seorang pengajar menjelaskannya secara per kata terlebih dahulu, untuk mencapai level selanjutnya hingga kemudian menjelaskan per sub pokok bahasan sampai para peserta didik paham betul dengan materi yang diajarkan. Setelah metode tersebut seorang pengajar harus memberikan evaluasi tatap muka agar seorang pengajar mengetahui seberapa jauh kemampuan peserta didik dalam memahami penjelasan materi yang di sampaikan.
Dalam hal ini tawaran kami dalam pengajarannya adalah dengan metode Qowa’id wat Tarjamah yangmana dalam pembelajarannya terdapat penerjemahan yang disesuaikan dengan qo’idah (nahwu sharaf) yang telah dipelajari, sehingga menekankan penguasaan dan penerapan qo’idah dalam sebuah bahasa, dengan harapan siswa dapat membedakan antara kata, kalimat, frasa maupun klausa yang mengandung aktif dan pasif.
            Adapun contoh langkah-langkah dalam metode ini adalah sebagai berikut:
1.      Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
2.      Guru menjelaskan kaidah mabni majhul dan mabni ma`lum beserta contoh-contoh sederhana
3.      Guru memberikan teks bacaan bahasa Arab yang didalamnya mengandung  kaidah mabni majhul mabni ma`lum
4.      Guru membacakan teks bacaan bahasa Arab yang telah disediakan untuk siswa
5.      Guru meminta salah satu siswa untuk membaca teks dengan ditirukan siswa-siswa yang lainnya
6.      Guru memberikan salah satu contoh kalimat mabni majhul dan mani ma`lum yang ada dalam teks bacaan
7.      Guru menyuruh siswa untuk menunjukkan kalimat mabni majhul dan mani ma`lum yang ada dalam teks bacaan
8.      Sebelum siswa menjawab, guru mengulang kembali penjelasan mabni majhul dan mabni ma`lum, beserta mengulang beberapa contoh dengan dhomir yang berbeda.
9.      Siswa mencari kalimat mabni majhul dan mabni ma’lum dari bacaan yang tersedia,
10.  Dari kalimat yang ditemukan di dalam bacaan tersebut kemudian siswa megubahnya menjadi beberapa bentuk dengan dhomir yang berbeda.
11.  Guru melakukan evaluasi dengan cara menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas.
12.  Sebelum memberikan koreksi terlebih dahulu guru mengingatkan kembali kaidah yang telah dipelajari.
13.  Guru memberikan koreksi pada tugas siswa
14.  Sebelum mengakhiri pelajaran, Guru bertanya pada siswa terkait tema yang dibahas jika masih ada yang kurang jelas siswa diharapkan bertanya.
15.  Guru menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan
16.  Guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah


PENUTUP
            Uraian analisis diatas merupakan prediksi logis dari realita persamaan dan perbedaan bentuk Pola aktif pasif dalam bahasa arab dan bahasa Indonesia, serta beberapa solusi dalam pengajarannya yang meliputi materi dan metode yangmana diharapkan dengan adanya analisis ini dapat memudahkan peserta didik dalam memahami dan menguasai teori aktif  pasif dalam pembelajaran bahasa arab khususnya, mampu mempraktekkannya dan menjadi pedoman bagi pengajar untuk dapat membuat materi yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Parera, J.D., Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, Jakarta, Erlangga, 2009
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, Bandung, Angkasa, 2009
Linguistika, Vol. 15, No. 28, Maret 2008 SK Akreditasi Nomor: 007/BAN PT/Ak-V/S2/VIII/2006
Indihadi, Dian dalam  BB 7 analisis kontrastif. Pdf
Muhammad, Ali. 1993. Ilmu Lughah.
Setiaselamanya, Perbandingan Bahasa Indonesia & Bahasa Arab dari Segi Sintaksis dalam http://setiaselamanya.wordpress.com/2011/05/09/perbandingan-bahasa-indonesia-bahasa-arab-dari-segi sintaksis/, di postkan pada, 9 Mei  2011
Suwarto dengan tesisnya berjudul analisis kontrastif kontruksi pasif bahasa arab dengan bahasa Indonesia, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5762/1/01007893.pdf di browsing pada, kamis 3 Mei 2012
http://id. Wikipedia.orq/wq/transitif, dibrowsing pada, jum’at, 4 Mei 2012
نَاءُ الْمَجْهُوْلِ dalam http://masbadar.com/pelajaran-bahasa-arab-fiil-malum-kata-kerja-aktif-fiil-majhul-kata-kerja-pasif/, yang dibrowsing pada 5Mei 2012
فِعْل مَعْلُوْم – فِعْل مَجْهُوْل  dalam http://masbadar.com/pelajaran-bahasa-arab-fiil-malum-kata-kerja-aktif-fiil-majhul-kata-kerja-pasif/, yang dibrowsing pada 5Mei 2012




[1]Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. (Bandung: Angkasa, 2009 (edisi revisi). hal. 5
[2] Drs. Dian Indihadi, M.Pd, dalam  BB 7 analisis kontrastif. pdf
[3] J.D. Parera, Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, ( Jakarta; Erlangga, 2009), hlm. 7
[4] Setiaselamanya, Perbandingan Bahasa Indonesia & Bahasa Arab dari Segi Sintaksis dalam http://setiaselamanya.wordpress.com/2011/05/09/perbandingan-bahasa-indonesia-bahasa-arab-dari-segi sintaksis/, di postkan pada, 9 Mei  2011
[5]  Suwarto dengan tesisnya berjudul analisis kontrastif kontruksi pasif bahasa arab dengan bahasa Indonesia, dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5762/1/01007893.pdf di browsing pada, kamis 3 Mei 2012
[6] http://phinphinqimut.wordpress.com/2011/05/06/analisis-dua-bahasa-pada-level-kata/#_ftn2, di browsing pada, Rabu, 2 Mei 2012
[7]  Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa
[8]  bhttp://id. Wikipedia.orq/wq/transitif, dibrowsing pada, jum’at, 4 Mei 2012
[9] J.D. Parera, Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, hlm. 36
[10] J.D. Parera, Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, hlm 34
[11] Setiaselamanya, Perbandingan Bahasa Indonesia & Bahasa Arab dari Segi Sintaksis
[12] نَاءُ الْمَجْهُوْلِ dalam http://masbadar.com/pelajaran-bahasa-arab-fiil-malum-kata-kerja-aktif-fiil-majhul-kata-kerja-pasif/, yang dibrowsing pada 5Mei 2012
[13] http://phinphinqimut.wordpress.com/2011/05/06/analisis-dua-bahasa-pada-level-kata/#_ftn2
[15] Linguistika, Vol. 15, No. 28, Maret 2008 SK Akreditasi Nomor: 007/BAN PT/Ak-V/S2/VIII/2006 hlm 8
[16] Ali. Muhammad , Ilmu Lughah, (1993)
[17] فِعْل مَعْلُوْم – فِعْل مَجْهُوْل  dalam http://masbadar.com/pelajaran-bahasa-arab-fiil-malum-kata-kerja-aktif-fiil-majhul-kata-kerja-pasif/, yang dibrowsing pada 5Mei 2012

[18] Setiaselamanya, Perbandingan Bahasa Indonesia & Bahasa Arab dari Segi Sintaksis